Nabi Muhammad s.a.w. adalah
anak Abdullah bin Abdul Muttalib. ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kedua
orang tuanya itu berasal dari suku Quraisy yang terpandang dan mulia. Nabi
Muhammad s.a.w. lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah (atau, 20
April 571 Masehi). Dinamakan tahun Gajah, karena ketika beliau lahir, kota
Makkah diserbu oleh Raja Brahah dan tentaranya dari negeri Habasyah dengan
menunggang gajah. Mereka hendak menghancurkan Ka’bah karena iri hati terhadapnya.
Tetapi Allah melindungi bangunan suci itu dan seluruh penduduk Makkah,
dengan menjatuhkan batu-batu Sijjil (dari neraka) yang amat panas kepada
tentara itu. Maka binasalah mereka semuanya.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w.
masih. di dalam kandungan ibunya, Abdullah, ayahnya, pergi ke negeri Syam
(Siria) untuk berdagang. Tetapi, sepulang dari sana, ketika sampai di kota
Madinah, ia menderita sakit dan wafat dalam usia 18 tahun. Abdullah dimakamkan
di kota Madinah. Maka, Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan ke dunia dalam keadaan
yatim, di tengah-tengah masyarakat jahiliyah penyembah berhala, penindas kaum
lemah, perampas hak orang, dan bahkan membunuh kaum wanita.
HALIMAH AS-SA’DIYAH MENJADI IBU SUSU NABI
Sudah menjadi adat bangsa
Arab ketika itu, bahwa bayi seseorang disusukan kepada wanita lain. Begitu pula
halnya Nabi Muhammad s.a.w. Beliau disusukan kepada seorang wanita dusun
bernama Halimah as-Sa’diyah. Empat tahun lamanya beliau tinggal di dusun Bani
Sa’ad bersama ibu susunya itu. Selama memelihara Nabi Muhammad, keluarga
Halimah as-Sa’diyah memperoleh limpahan rezeki dari Allah SWT, sebagai berkah.
Menjelang usia lima tahun,
Halimah as-Sa’diyah mengembalikan Nabi Muhammad s.a.w. kepada ibunya; karena
telah terjadi peristiwa atas anak asuhnya itu yang mencemaskan hatinya. Ketika
di dalam permainan bersama kawan-kawannya, Nabi Muhammad s.a.w. tiba-tiba
didatangi dua laki-laki berpakaian serba putih, membaringkannya, kemudian
melakukan sesuatu atas dada anak tersebut. Meskipun tidak sesuatu pun terjadi
atas Nabi Muhammad s.a.w. setelah peristiwa itu, namun Halimah as-Sa’diyah
amat khawatir. Maka segera ia bawa Nabi Muhammad s.a.w. kembali kepada
keluarganya di Makkah.
KETIKA DI ASUH KAKEKNYA, ABDUL-MUTTALIB
Siti Aminah amat setia
terhadap suaminya. Sering kali ia bersama anaknya pergi ke Madinah untuk
berziarah ke makam suaminya, sekaligus bersilaturrahmi kepada keluarganya, Bani
Najjar, di sana.
Suatu kali, dalam
perjalanan pulang dari Madinah, seusai berziarah, Siti Aminah jatuh sakit di
desa Abwa’ (antara Makkah dan Madinah). Beberapa saat kemudian, ia wafat di
sana, meninggalkan Nabi Muhammad s.a.w. yang ketika itu barn berusia 6 tahun.
Maka jadilah Nabi Muhammad s.a.w. yatim-piatu.
Bersama Ummu Aiman,
pembantunya, Nabi Muhammad s.a.w. kembali ke Makkah. Beliau kemudian dipelihara
oleh kakeknya, Abdul-Muttalib, hingga menjelang 9 tahun.
KETIKA DIASUH PAMANNYA, ABU THALIB
Selama tiga tahun bersama
kakeknya, Nabi Muhammad s.a.w. akhirnya dipelihara oleh pamannya, Abu Thalib,
karena kakeknya itu meninggal dunia. Abu Thalib adalah seorang sesepuh kaum
Quraisy yang disegani oleh kaumnya. Meskipun demikian, dia bukanlah tergolong
orang yang kaya. Abu Thalib hanyalah seorang pedagang biasa yang wring merantau
ke negeri Syam bersama serombongan kafilah dagangnya.
Ketika berusia 12 tahun,
Nabi Muhammad s.a.w. diajak oleh pamannya itu pergi berdagang, ke Syam.
Sampai di suatu dusun perbatasan Syam, Abu Thalib bersama kemenakannya itu
singgah di rumah seorang pendeta Nasrani yang saleh, bernama Bahira. Dari kitab
Taurat dan Injil yang dipelajarinya, pendeta Bahira dapat mengetahui ciri-ciri
kenabian yang ada pads diri Nabi Muhammad yang masih kecil itu. Maka, dengan
Berta-merta, pendeta Bahira memberitahukan hal itu kepada Abu Thalib seraya
berkata: “Wahai saudaraku, sesungguhnya anakmu ini adalah manusia
pilihan Allah, calon pemimpin umat manusia di dunia ini. Maka jagalah ia
balk-balk. Bawalah ia kembali, sebab aku khawatir ia diganggu oleh orang-orang
Yahudi di negeri Syam. Bahkan, jika sekiranya kaum Yahudi itu mengetahui bahwa
ia adalah calon Rasul –Allah, maka tentulah ia akan membunuhnya.” Maka
pulanglah Abu Thalib ke Makkah bersama Nabi Muhammad s.a.w. sebelum mereka
sampai ke negeri Syam.
data-blogger-escaped-alt="https://i1.wp.com/id.effectivemeasure.net/emnb_18_18098.gif"
data-blogger-escaped-src="file:///C:\Users\Windows7\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif"
data-blogger-escaped-v:shapes="Picture_x0020_4" v:shapes="_x0000_i1025">BERDAGANG
KE NEGERI SYAM
Setelah Nabi Muhammad
s.a.w. berusia hampir 25 tahun, Abu Thalib merasa bahwa kemekanannya itu telah
cukup dewasa. Maka dipanggilnya Nabi Muhammad, lalu ditawarkanlah kepadanya
suatu pekerjaan yang menguntungkan, seraya berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya
kita bukanlah keluarga yang berkecukupan. Bahkan, kurasakan akhir-akhir ini
kebutuhan kita semakin sulit didapat. Alangkah baiknya jika engkau pergi kepada
Khadijah untuk meminta izinnya membawa barang-barang dagangannya ke negeri
Syam. Mudah-mudahan dari usaha itu engkau akan beroleh keuntungan yang besar.”
Nabi Muhammad s.a.w.
menyetujui usul pamannya, sebab beliau memaklumi sepenuhnya akan kesulitan yang
dihadapi pamannya itu dalam menanggung beban belanja rumah tangganya. Segera
beliau pergi kepada Siti Khadijah untuk meminta izinnya memperdagangkan
barang-barangnya. Siti Khadijah adalah seorang janda kaya di Makkah. la dikenal
sebagai wanita Quraisy yang mulia karena keturunan dan akhlaknya. la adalah
wanita budiman, gemar membantu sesamanya, dan senantiasa menjaga kehormatan
dirinya, sehingga mendapat gelar At-Thahirah (Wanita Suci).
Menanggapi permohonan Nabi
Muhammad s.a.w., Siti Khadijah tanpa pikir panjang langsung menyambutnya
dengan senang hati, karena ia telah cukup mengenal Nabi Muhammad s.a.w. sebagai
pemuda yang ramah , jujur, clan sopan-santun. Maka berangkatlah Nabi Muhammad
s.a.w. ke negeri Syam, ditemani oleh Maisarah, budak Siti Khadijah. Pulang dari
Syam, Nabi Muhammad memperoleh keuntungan amat besar, yang belum pernah dicapai
oleh para pedagang lain. Siti Khadijah amat kagum terhadap pemuda Muhammad.
Lebih-lebih ketika ia mendengar sendiri dari Maisarah, bagaimana agungnya
perangai Nabi Muhammad selama di perjalanan maupun ketika berdagang. Maka
berubahlah rasakagum itu menjadi rasa cinta.
PERKAWINAN NABI MUHAMMAD DENGAN SITI KHADIJAH
Hubungan perdagangan antara
Nabi Muhammad s.a.w. dengan Siti Khadiiah akhirnya diteruskan ke jenjang
perkawinan. Rupanya, Allah SWT menghendaki demikian, karena ada banyak hikmah
di batik itu. Dalam suatu upacara yang sederhana, dilangsungkannya akad nikah
antara keduanya, suatu pernikahan yang telah menoreh lembaran sejarah Islam.
Ketika itu, Nabi Muhammad s.a.w. berusia 25 tahun, sementara Siti Khadijah
telah berusia hampir 40 tahun. Perkawinan ini membuahkan empat anak putri dan
dua orang putra, masing-masing Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, Fatimah, Qasim,
dan Abdullah. Tetapi, atas kehendak Allah SWT, kedua anak laki-laki beliau
wafat ketika masih kanak-kanak.
GELAR “AL-AMIN”
Ketika Nabi Muhammad
berusia 35 tahun,di Makkah terjadi bencana banjir sehingga merusakkan sebagian
dinding Ka’bah. Setelah usai bencana, kaum Quraisy beramai-ramai memperbaiki
dinding Ka’bah yang runtuh itu. Pada saat pekerjaan telah selesai, clan tinggal
Hajar al-Aswad (batu hitam) yang mesti dikembalikan di tempatnya semula,
terjadilah perselisihan di antara mereka. Masing-masing suku ingin memperoleh
kehormatan dengan meletakkan Hajar al-Aswad itu di tempatnya. Hampir saja
terjadi pertumpahan darah di antara mereka. Tetapi, tiba-tiba salah seorang
berkata: “Wahai kaumku, janganlah kalian saling bermusuhan karena ini.
Sebaiknya kita tunggu saja esok pagi, siapa yang pertama kali datang ke pintu
Masjid ini, dialah yang berhak mengambil keputusan.”
Pagi-pagi keesokan harinya,
kaum Quraisy mendapati bahwa orang yang pertama kali masuk ke pintu Masjid adalah
Nabi Muhammad s.a.w. Maka bersoraklah mereka menyambutnya, karena mereka yakin
akan kejujuran pemuda Muhammad. Jadilah Nabi Muhammad s.a.w. sebagai hakim yang
memutuskan perkara Hajar al-Aswad itu.
Nabi Muhammad s.a.w.
kemudian menggelarkan kain surbannya di atas tanah dan meletakkan Hajar
al-Aswad di atasnya. Lalu, kepada masing-maing kepala suku, beliau
memerintahkan untuk memegang tiap-tiap ujung kain itu dan mengangkatnya. Sampai
diatas, beliau lalu mengangkat batu suci dengan tangannya sendiri, dan
meletakkannya di tempatnya semula. Dengan cara itu, seluruh kaum Quraisy merasa
puas, dan berseru: “Kami rela atas keputusan yang dibuat oleh orang yang
dipercaya ini!”
Sejak itu, Nabi Muhammad
s.a.w. mendapat gelar “Al-Amin”, artinya “Yang Dipercaya”.
WAHYU YANG PERTAMA
Pada usia 40 tahun,
Muhammad sering bertahan di Goa Hira. yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan.
Tepat pada tanggal 1-17 madhan datanglah Malaikat Jibril membawa wahyu yang
pertama. Mula-mula Muhammad ketakutan, tubuhnya gemetar melihat kedatangan
Malaikat Jibril. Jibril kemudian merangkulnya, ia makin ketakutan, tubuhnya
menggigil. Sesudah dilepas Jibril berkata : bacalah!”
“Aka tidak bisa membaca!”JawabMuhammad
Jawaban itu diulang hingga tiga kali. Akhirnya ia berkata kepada
Jibril : “Apa yang kubaca?”
Kemudian Jibril membacakan
suratt Al-Alaq dari ayat 1-5., Sesudah itu ia pulang ke rumah dengan tubuh
gemetar. la disambut Istrinya Khadijah yang sangat setia dan memperhatikannya
ia diselimuti oleh Khadijah dan dihibur degan kata-kata yang menentramkan jiwanya.
lalu Khadijah pergi
berkonsultasi dengan anak pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal. Warakah
memberitahukan bahwa yang datang kepada Muhammad itu adalah Jibril yang
pernah datang kepada Musa. Jadi Muhammad akan diangkat menjadi seorang
Nabi dan Rasul.
WAHYU YANG KEDUA
Sesudah wahyu yang pertama
selama dua setengah tahun Rasulullah tidak mendapat wahyu lagi. la kuatir akan
terputus, maka nenyepi ke goa Hira’ lagi. Ketika la menengadah ke langit
tampaklah malaikat Jibril. la ketakutan dan segera pulang ke rumah. Minta
kepada Hadijah supaya diselimuti. Dalam keadaan berselimut itu datanglah
malikat Jibril menyampaikan wahyu kedua yang artinya:
“ hai orang yang berselimut! Bangunlah dan beri
peringatan! Besarkanlah Nama Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah
perbuatan Maksiat, janganlah kamu member karena ingin memperoleh yang lebih
banyak. Dan hendaklah kamu bersabar untuk memenuhi perintah Tuhanmu.” (Al-
Muddatstsir: 1-7)
Dengan demikian jelaslah
sudah, bahwa Muhammad diperintahkan menyampaikan Risalah-Nya. Yaitu menyembah
Allah Yang Maha Esa.
DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI
Yang pertama kali diajak
memeluk Islam adalah keluarganya sendin’dan oran–orang yang dekat dengannya.
Pertama yaitu istrinya Hadijah. Kedua Ali bin Abi Thalib, lalu Zaid bin
Haritsah. Setelah itu beliau mengajakteman akrabnya yaitu Abu Bakar Ash
Shiddiq.
Dengan berimannya Abu
Bakar, maka banyaklah orang-orang yang kemudian mengikutinya. Antra lain: Usman
bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf,
Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah, bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam.
Fatimah bin Khattab. Mereka Inilah yang disebut golongan terdahulu yang masuk
Islam atau “As Saabiqunal Awwalum”.
Mereka mendapat ajaran dan
gemblengan keimanan dari Rasulullah di rumah Arqam bin Abil Arqam.
MENYIARKAN AGAMA SECARA TERANG-TERANGAN
Tiga tahun menyiarkan agama
Islam secara sembunyi-sembunyi . kini datanglah perintah untuk berdakwah secara
terang-terangan.
Namun sebagaimana nabi-nabi
terdahulu, ajakannya ditolak oleh sebagian besar kaumnya. Hanya sedikit yang
mula-mula mau mangikuti ajaran Nabi Muhammad.Walau demikian Muhammad tetap
sabar dan terus melakukan dakwah dengan bijaksana. Orang-orang kafir makin
jengkel. Mereka mendatangi Abu Thalib, dan minta paman Nabi itu untuk
menghentikan kegiatan Nabi mengajak manusia kembali kejalan yang benar.
Tetapi apa jawab Nabi: “Demi
Allah wahai paman, sekiranya mereka meletakkan matahari di sebelah kananku, dan
rembulan ditangan kiriku dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini
(mengajak manusia pada agama Allah) sehingga agama ini tersiar (dimuka bumi)
atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.
Mendengar tekad keponakannya yang membaja itu, Abu Thalib berkata:
“Pergilah dan katakan apa yang kamu kehendaki, demi Allah tidak akan
menyerahkan kamu karena suatu alasan pun selama-lamanya”.
PENGANIAYAAN TERHADAP RASULULLAH DAN PENGIKUTNYA
Melihat Rasulullah masih
saja meneruskan dakwanya dan tarus menghina sesembahan mereka berupa patung
bodoh yang tak bisa gerak dan berbicara maka orang-orang kafir itu mulai gatal.
Terlebih setelah mereka amati makin banyak saja para pengikut Muhammad memeluk
agama Islam. Maka mereka mulai menganiaya beliau.
Misalnya, ketika Nabi
sedang shalat dan bersujud. di Masjidil Haram, tiba-tiba saja Abu Jahal
mengangkat batu besar dan hendak dtimpakan kepada beliau. Tetapi niatnya tak
kesampaian karena beliau dilindungi Allah yang mengirim malaikat Jibril. Tubuh
Abu Jahal gemeter, ketakutan dan pucat pasi.
Beliau juga pemah dilempari
kotoran unta di atas kuduknya. Ketika beliau pulang ke rumah ditaburi debu dan
pasir pada mukanya. Yang keterlaluan adalah perbuatan Uqbah bin Abi Muith,
ketika beliau shalat masjidil Haram tiba-tiba orang kafir itu menjerat
leher beliau dengan selendangnya sehingga beliau tidak berdaya untuk
melepaskannya. untunglahlah pada saat itu muncul Abu Bakar. la langsung
memotong uqbah dan menghempaskannya dari Rasulullah.
Beberapa pengikut beliau
Yang mendapat siksaan dari orang kafir antara lain: Bilal bin Rabah, yaitu
seorang budak milik Ummayyah half. Bilal ditelentangkan di atas terik
matahari padang pasir, ditubuhnva ditindihkan batu besar. la dipaksa supaya
meninggalkan Islam namun is tetap teguh dan imannya bertambah tebal.
Bilal akhimya dibebaskan
oleh Abu Bakar yang membelinya dari Umayyah bin Khalf.
Sahabat lain yang disiksa
di luar batas perikemanusiaan adalah Amar bin Yasir beserta kedua orang tuanya.
Mereka disiksa pada waktu Dhuhur yaitu di saat terik-teriknya matahari
memanggang padang pasir. Ketika Nabi lewat beliau menghibur mereka:
“Bersabarlah hai keluarga Yasir, yang dijanjikan untuk kalian adalah surga”.
Sahabat Habab bin Arats juga di siksa lebih kejam, lagi. la ditusuk-tusuk
dengan besi panas pada punggungnya agar mening-galkan Islam, namun ia tetap
tabah dan memilih Islam sebagai agamanya.
HIJRAH KE ETHIOPIA
Keganasan kaum kafir makin
merajalela. Pengikut Rasulullah dan’ kalangan lemah makin banyak jumlahnya.
Melihat penderitaanmereka Rasulullah tak sampal hati, maka Rasul kemudian
menyuruh mereka hijrah ke Ethiopia.
Raja Habasah di Ethiopia
temyata mau menenma kedatangan mereka dengan senang hati. Mereka mendapat
perlindungan yang baik. Rombongan pertama terdiri 10 laki-laki dan 4 orang
wanita. Rombongan kedua 100 orang, di antaranya terdapat Usman bin Affan,
Zubair bin Awwam dan lain-lain.
Rasulullah tetap berada di
Mekkah. Pada waktu itu masuklah pembesar Qurais kedalam Agama Islam yaitu Umar
bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthallib. Dengan masuknya dua orang jenderal
perkasa itu pihak Quraisy makin kuatir kedudukannya akan merosot. Sedang
pengikut Rasul semakin bertambah banyak.
EMBARGO TERHADAP BANI HASYIM DAN BANI MUTHALIB
Dengan berbagai cara kaum
kafir tidak berdaya mematahkan gerakan Islam, maka cara terakhir yang menurut
mereka cukup ampuh adalah mengadakan pemboikotan atau embargo terhadap keluarga
Bani Hasyim dan Bani Muthalib, sebab dua keluarga besar itulah yang senantiasa
membela dan melindungi Nabi Muhammad.
Pemboikotan itu ialah
dengan jalan memutuskan segala perhubungan, baik hubungan perkawinan, hubungan
dagang atau jual beli dan ziarah menziarah.
Dengan adanya embargo
tersebut terpaksa Nabi Muhammad dan para pengikutnya menyingkir keluar kota
Mekkah. Dua tahun lamanya mereka hidup dalam kekurangan dan kemiskinan.
Sebenarnya banyak juga kaum Quraisy yang merasa sedih atas nasib yang
menimpa Muhammad dan keluarganya. Diam-diam mereka mengirim bahan makanan dan
pakaian pada malam hari. Akhirnya bangkitlah beberapa muka Quraisy untuk
menghentikan pemboikotan itu. Mereka merobek-robek isi perjanjlan yang
ditempelkan di Ka’bah.
Dengan demikian pulihlah
keadaan seperti semula. Rasul dan keluarganya kembali ke kota Mekkah. Akan
tetapi nasib para. Pengikut Rasul tidak bertambah baik, kaum kafir makin giat
menindas dan menyiksa mereka.
TAHUN DUKA CITA
Hampir sepuluh tahun Islam
tumbuh di Mekkah. Baru saja kaum Muslimin terlepas dari pemboikotan.Kini datang
lagi cobaan berat dengan meninggalnya Khadijah dan disusul kemudian oleh Abu
Thalib. Padahal kedua orang itu adalah tulang punggung pembela Islam.
Khadijah adalah istri setia
yang selalu mendampingi Rasul dalam menyebarkan agama Islam. la salah seorang
bangsawan Quraisy yang disegani oleh kaumnya.
Demikian juga Abu Thalib,
wibawanya dikalangan Quraisy sangat besar. Kini setelah dua orang itu meninggal
dunia pihak kafir Quraisy seperti mendapat angin segar. Mereka tak segan-segan
lagi mengadakan gangguan terhadap Rasul dan para pengikutnya.
Karena kehilangan dua orang
yang sangat dikasihi itu, maka tahunnya dinamakan Tahun Duka Cita.
DAKWAH DI THALIF
Karena masyarakat Mekkah
tidak banyak yang mau menerima ajarannya. maka beliau pergi ke Thaif untuk
berdakwa kepada orang-orang bani Tsaqif. Beliau menuju tempat para pembesar
yang berkuasa di Thaif. Beliau bicara tentang Islam dan mengajak mereka supaya
beriman kepada Allah.
Tetapi ajakannya ditolak
mentah-mentah dan dijawab dengan kasar sekali. Mereka malah mengusir beliau sambil
menghujaninya dengan batu sehigga Zaid bin Haritsah yang ikut dalam misi itu
terluka ketika bermaksud melindungi beliau. Beliau sendiri juga mengalami
luka-luka akibat hujan batu itu.
ISRA’ DAN MI’RAJ
Setelah gagal mengajak kaum
Thaif untuk beriman kepada Allah, maka beliau kembali ke Mekkah. namun cobaan
semakin berat. Ancaman dari sana-sini selalu mengintai.
Pada saat demikian
terjadilah peristiwa besar di malam hari yang, terkenal dengan sebutan Isra’
dan Mi’raj. Yaitu perjalanan Nabi dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
kemudian dilanjutkan ke Sidraftul Muntaha menembus langit yang tujuh.
Dalam perjalanan itu Rasui melihat berbagai peristiwa yang, dapat
dijadikan i’tibar atau cermin teladan bagi umatnya.
Perjalanan itu sendiri adalah untuk memenuhi panggilan Allah.
Yaitu untuk menerima kewajiban melaksanakan shalat lima waktu.
Peristiwa ini hanya terjadi pada waktu satu malam, yaitu pada
malam 27 Rajab tahun 11 sesudah beliau diangkat menjadi Rasul.
Hikmah yang terkandung dalam Isra’ Mi’raj adalah untuk menambah
kekuatan iman dan keyakinan beliau sebagai utusan Allah, yang diutus ke
tengah-tengah umat manusia untuk membawa risalah-Nya. Dengan demikian akan
bertambahlah kekuatan batin sewaktu menerina cobaan dan musibah serta
siksaan dari kaum kafir.
Bagi umat Islam sendiri ini merupakan ujian keimanan mereka.
Mereka bisa bertambah yakin akan kebenaran Rasul, atau malah bertambah kafir
dan tidak mempercayai Rasul lagi.
ORANG YATSRIB MASUK ISLAM
Pada musim Haji datanglah
Kabilah dari kalangan berbagai penjuru Menuju kota Mekkah. Di antara
mereka yang datang ada jamaah orang Khazraj dan Yatsrib. Sebagainiana biasa
musim haji Rasalullah melaksanakan ibadah haji. Orang Khazraj sudah sering mendengar
Kitab Taurat dari bangsa Yahudi yang menyebutkan bakal adanya Nabi akhir zaman
bernama Ahmad atau Muhammad. Karena itu ketika Rasulullah menyarankan
dakwahnya mereka langsung menerima dan mengimani.Setelah mereka pulang ke
Madinah mereka menyampaikanhal itu kepada saudara-saudaranya dan
kerabatnya. Bahwa Nabi yang dijanjikan itu sekarang sudah datang ke negeri
Mekkah.
Demikianlah setiap musim
haji datang makin banyak pula orang-orang Yatsrib yang masuk Islam dan
bersumpah setia akan membela ,Rasul dan agamanya. Dengan demikian sudah banyak
sekali orang-orang Yatsrib yang memeluk agama Islam.
HIJRAH KE YATSRIB (MADINAH)
Mekkah sudah tidak aman
lagi bagi Rasulullah dan pengikutnya, sementara orang-orang Yatsrib setiap hari
semakin banyak yang masuk islam dan merindukan beliau hadir di tengah-tengah
mereka.
Maka Rasulullah
memerintahkan para pengikutnya untuk hijrah ke Yatsrib. Berangkatlah para
pengikut Nabi, secara diam-diam ke (atsrib, mereka ikhlas meninggalkan harta
benda dan rumah-rumah mereka demi memenuhi perintah Rasul. Sedang
Rasulullah dan Abu Bakar akan menyusul di belakang hari.
Kabar tentang hijrah itu
segera tercium oleh kaum kafir Qurais mereka sepakat untuk membunuh Rasulullah.
Namun rencana mereka gagal. Allah melindungi Rasul-Nya. Setelah melalui
berbagai rintangan sampailah Rasulullah di desa Quba yaitu sebuah tempat
jaraknya 10 Kilometer dari Yatsrib.
Di Quba beliau mendirikan
masjid, maka hingga sekarang masjid tersebut dinamakan Masjid Quba. Inilah
masjid yang pertama kali di bangun umat Islam.Setelah empat hari beristirahat
di Quba beliau meneruskan perjalanannya ke Yatsrib. Di sana beliau disambut
dengan hangat oleh para pengikutnya yang telah lama merindukan kedatangannya.
KEMENANGAN UMAT ISLAM
Ternyata dari Yatsrib
Inilah Rasulullah dapat menyusun kekuatan dan membina masyarakat Islam dengan
sempunna. Yastrib kemudian diubah namanya menjadi Madinatun Nabawiatau
kemudian disebut Madinah.
Di Madinah ini beliau
membentuk angkatan perang dan membina strategi perang. Sejarah kemudian mencatat
bahwa Muhamad strategi perang. hanya seorang Nabi dan Rasul tapi juga seorang
Kepala Negara. ahli tata masyarakat, Panglima Perang yang tangguh dan seorang
ayah yang pastas diteladani oleh putra-putrinya.
Sesudah terjadi Perang
Badar, perang Uhud dan peperanglainnya. akhirya Mekkah pun jatuh dalam
kekuasaan beliau. Dengan jatuhnya Mekkah, maka hampir dekatlah tugas
kerasulan beliau.
Sesudah melaksanakan haji
wada’, pada tanggal 12 Maulud hari Senin tahun 11 Hijriyah beliau wafat
meninggalkan umatnya. Dalam penanggalan Masehi bertepatan dengan tanggal 8 Juni
632 dalam usia 63 tahun.
Beliau dimakamkan di
Madinah. Hingga sekarang makamnya selalu ramai diziarahi umat Islam dari
seluruh dunia ketika mereka melaksanakan ibadah haji.Beliua tidak meninggalkan
warisan harta benda. Beliau hanya meninggalkan dua perkara yaitu Al-Qur’an dan
As-SUnnah. Siapa pun umatnya jika tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan
Al-Hadits. maka la tidak akin tersesat selama-lamanya.
PENAKLUKKAN KOTA MAKKAH
Setelah Islam menjadi besar
di kota Madinah, Rasulullah s.a.w. bersama sahabat-sahabat dan seluruh
pengikutnya kembali ke kota Makkah, dan merebut kembali kota itu dari tangan
kaum kafir Quraisy. Kedatangan kaum Muslimin di Makkah itu berte0atan dengan
tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriah. Ketika itu, turunlah firman Allah SWT
kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an:
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan
kamu lihat manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong, maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Menerima Tobat”. (S. An-Nashr: 1-3)
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. bersama para pengikutnya
menghancurkan berhala-berhala yang ada di seputar Ka’bah, sebagaimana firman
Allah: “Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang
batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap”. (S. Al-Isra’: 81)
Dua tahun setelah
penaklukkan Makkah, Nabi Muhammad s.a.w. beserta kaum Muslimin melaksanakan
ibadah haji, yang disebut Haji Wada’ (Haji Perpisahan), karena setelah itu
beliau meninggalkan umatnya untuk selama-lamanya. Di dalam kesempatan terakhir
itu, Rasulullah s.a.w. mengucapkan pidato yang amat bernilai di hadapan seluruh
kaum Muslimin di Padang Arafah. Pada saat itu, turunlah wahyu Allah yang
terakhir, yang berbunyi:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu,
dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kurelakan Islam
menjadi agamamu”. (S. Al- Ma’idah: 3)
NABI MUHAMMAD WAFAT
Dengan penuh rasa syukur,
Nabi Muhammad s.a.w. mengakhiri tugasnya sebagai seorang Rasul, dengan
mengislamkan seluruh penducluk Makkah, Madinah, clan daerah-daerah lain di
seputar Jazirah Arabia. Setelah menderita sakit selama beberapa hari, pads
tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 Hijriyah, beliau berpulang ke rahmatullah
dalam usia 63 tahun. Nabi Muhammad s.a.w. dimakamkan di kota Madinah.
Sebelumnya, beliau sempat berpesan kepada keluarganya, pars sahabatnya, clan
seluruh kaum Muslimin dengan sabdanya yang termasyhur:
Telah kutinggalkan untuk
kalian dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya
tidak akan tersesat untuk selama-lamanya, yakni:
Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya.
No comments:
Post a Comment